PERANG KETUPAT DALAM TRADISI DAERAH BANGKA DI DESA TEMPILANG
Kata Kunci:
Perang Ketupat, Tradisi, Bangka, Desa TempilangAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari latar belakang dan relevansi tradisi Perang Ketupat yang diikuti oleh masyarakat Bangka. Teknik kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Pada tahun 1883, di tahun yang sama dengan meletusnya Gunung Krakatau, tradisi Perang Ketupat dimulai. Dukun dan kepala suku desa Benteng Kota, Atok Aren, memulai tradisi ini dengan upacara pertama. Salah satu tradisi budaya unik yang berkembang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Perang Ketupat. Masyarakat setempat mengadakan upacara ini sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan dan mempererat hubungan antar masyarakat. Ritual ini biasa dilakukan setelah panen atau pada saat - saat tertentu. Melambangkan penyatuan dan pemberantasan unsur-unsur buruk, ritual ini mengharuskan para peserta untuk saling melempar ketupat. Perang Ketupat tidak hanya penting secara historis dan spiritual, tetapi juga penting secara budaya; ini dilihat sebagai warisan dari masa lalu yang mewakili prinsip -prinsip persatuan dan kolaborasi. Dari perspektif budaya, Perang Ketupat sangat penting karena membantu menjaga adat istiadat lama tetap hidup dan juga menarik wisatawan dari seluruh dunia. Mengeksplorasi dimensi ekonomi, sosial, dan filosofis dari warisan Perang Ketupat merupakan tujuan dari proyek ini, yang juga akan melihat inisiatif saat ini untuk menjaga tradisi ini tetap hidup di tengah modernitas.